Sabtu, 15 September 2012

AWAS, GENERASI BARU TERORIS



Melihat judul tersebut seakan miris hati ini.
Info grafik soal Pola Rekruitment Teroris yang bersumber dari Guru Besar Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta Prof. Dr. Bambang Pranowo yang ditayangkan Metro TV 5 September 2012 lalu tentang bibit terorisme di sekolah dan menyebar cepat di dunia maya (khususnya twitter) sejak 14 September menimbulkan polemik. Para aktivis Rohis atau Rohaniwan Muda Islam yang secara tidak langsung dituduh sebagai sumber perekrutan teroris muda menyatakan bahwa info yang disampaikan Metro TV tersebut adalah fitnah.

Apa yang disampaikan oleh bambang Pranowo mungkin tidak akan “meledak” seperti ini apabila tidak ada andil Metro TV untuk menayangkannya, atau juga pihak Metro TV sebagai media yang harusnya bersikap objektif dalam penayangan berita dan tidak memberitakan hal yang dirasa akan mencederai umat muslim terutama aktivis Rohis dan Rohaniawan Muda Islam.

Selama ini tidak pernah tersiar kabar bahwa akar terorisme sampai menyentuh aktivis muda dan terpelajar atau Rohis yang selalu menyemarakkan kegiatan masjid/musholla sekolah dengan kegiatan positif. Dari mana info grafik itu muncul? Apakah hal ini tidak menimbulkan sebuah pertanyaan besar? Dan mengapa Metro TV dengan SDM yang terpelajarnya tidak bisa mencerna hal ini? Sungguh ini propaganda yang akan menimbulkan keresahan orang tua yang anaknya mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah.

 Metro TV menyebutkan bahwa pola rekrutmen teroris muda ada 5 yakni:
  1.  Sasarannya siswa SMP akhir-SMA dari sekolah-sekolah umum.
  2.  Masuk melalui program ekstra kurikuler di masjid-masjid sekolah.
  3.  Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudian diajak diskusi di luar sekolah.
  4.  Dijejali berbagai kondisi sosisl yang buruk, penguasa korup, keadilan tidak seimbang.
  5.  Dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah thaghut/kafir/musuh.
Poin-poin tersebut menjurus kepada aktivitas dakwah sekolah yang biasanya dimotori oleh Rohis Sekolah.
Melihat kepada 5 poin di atas, Metro TV menempatkan posisi Rohis sebagai sumber atau bibit individu yang akan menjadi teroris. Atau mungkin setidaknya menganggap Rohis sebagai pemasok SDM yang dipersiapkan menjadi teroris. Dari 5 (lima) poin yang disebutkan, hampir dipastikan tuduhan atau fitnah dialamatkan ke Rohis. Apa mungkin kegiatan ekstrakurikuler di masjid selain Rohis? Apakah itu Pramuka? PMR? Paskibra? Marching Band? Teater?

Protes terhadap Metro TV di Twitter pun datang bertubi-tubi karena kebanyakan aktivis dakwah muda merupakan jebolan Rohis atau setidaknya pernah bersentuhan dengan Rohis dan mengetahui apa-apa tentang aktivitas Rohis. Menanggapi protes tersebut, Metro TV hanya menjawab secara diplomatis, “Metro TV tidak pernah memberitakan bahwa rohis adalah sarang teroris.”
 Ya, memang seperti itu, Rohis memang bukan sarang Teroris, akan tetapi dari tayangan itu, dan apa yang diprotes bukanlah ke arah sarang teroris, akan tetapi merupakan suatu penggambaran bahwa Rohis menyiapkan “bibit” teroris.

Melalui akun twitternya, Metro TV mengatakan bahwa info grafik yang ditayangkan bukanlah dari pihak Metro TV, melainkan dari pihak nara sumber (pihak luar). “Info grafik Metro TV 5 Sept lalu soal pola rekrutmen teroris bersumber dr penelitian ilmiah Guru Besar UIN Jakarta, Prof. Dr Bambang Pranowo”
Pastilah demikian, karena setiap penayangan tentunya ada informasi dari pihak luar (walaupun tidak semuanya). Kalau tidak ada informasi, bagaimana mungkin ada penayangan/berita. Akan tetapi, bagaimana Metro TV dapat menimbang segala aspek yang kemungkinan terjadi terutama ketika penyebutan suatu kalangan tertentu yang belum tentu terlibat, bahkan jauh dari kesan terlibat. Dan bukan hanya itu, Metro TV pun seakan “oke” menayangkan 5 point Pola Rekrutmen Teroris Muda, padahal sebetulnya hal itu sangat bisa dihindari kalau Metro TV memang berniat menjaga kondusifitas.

Tapi fitnah dan tuduhan seperti itu memang wajar, nasib para ulama, ustadz, santri, dan aktivis muslim memang selalu begitu. Indonesia tidak mungkin merdeka tanpa mereka. Mereka ini tidak perlu diajari nasionalisme, tidak perlu diajari Pancasila, tapi kalau penjajah datang, langsung siap berjihad. Setelah Indonesia merdeka pun pengakuan itu datang pertama kali dari para ulama dan mujahid di Timur Tengah melalui media dan pemerintahannya.
Di era Orde Lama, politik Islam diberangus. Di era Orde Baru, intel disusupkan dimana-mana, mau pengajian saja susah dan dicurigai, mau khutbah saja mesti laporan tentang isi khutbahnya. Sekarang, Rohis dituduh menyiapkan bibit teroris.
Ada Rohis saja, tawuran pelajar, gank motor, sex bebas, narkoba dan seabrek berita dan hal yang negatif tentang para pelajar saja tidak terbendung, bagaimana kalau tidak ada Rohis?

Tayangan Metro TV yang memfitnah kegiatan ekstrakurikuler di masjid/musholla sekolah sebagai pintu masuk teroris, akan menghambat gerakan dakwah yang berujung pada rusaknya generasi muda. Tayangan ini juga bisa menciptakan sebuah phobia baru yaitu "ROHISPHOBIA" di kalangan sekolah maupun orang tua siswa. Ujungnya, dakwah Islam di kalangan remaja Islam menjadi semakin sulit.
Selain itu, pihak sekolah akan merasa was-was dengan kegiatan anak didiknya apabila ada kegiatan ekstrakurikuler di masjid, begitu pun dengan para orang tua akan merasakan tingkat kekhawatiran yang besar akan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Sesuai dengan UU No.32/2002 pasal 36;
Ayat (5) huruf a. Isi siaran dilarang bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;
Ayat (6) : Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.
Melihat pada pelanggaran tersebut, KPI dapat memberikan sanksi sesuai pasal 57 pada UU No.32/2002, dan Peraturan KPI No.01/P/KPI/03/2012 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran serta
peraturan dan perundang-undangan lainya.

Silahkan bagi yang akan mengajukan protes, somasi atau hal lainnya ke :
Nomor pengaduan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di Nomor GSM: 08121370000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar