Awal Bulan Juni 2012 banyak hal yang terjadi di Indonesia, terutama yang disorot masalah toleransi di Indonesia. Apakah benar sedemikian "buruk" toleransi di Indonesia sehingga permasalahan ini menjadi tema Sidang PBB di Jenewa?
Tuduhan intoleransi di Indonesia yang berkembang saat ini tidak lepas dari rangkaian kejadian mulai dari pengrusakan Masjid Ahmadiyah di Tasikmalaya, permasalahan GKI Yasmin di Bogor, penolakan, pembatalan hingga pengusiran secara paksa dialog Irshad Manji di Salihara, UGM dan LKIS Bantul, juga di tempat lain dan kota lain yang dibatalkan seperti di Solo.
Terakhir kisruh penolakan konser Lady Gaga yang bagi sebagian besar penolak menyatakan bahwa konser Lady Gaga hanya akan merusak moral generasi muda bangsa, dengan dandanan "klenik" seperti pemuja setan dan ada juga yang mengkategorikan berpenampilan seronok. Bahkan sebelum terjadi konser di Indonesia, Konser Lady Gaga pun mendapat penentangan di Korea Selatan (dengan membatasi usia penonton) dan Filipina (oleh para penganut Katolik). Sedianya Konser Lady Gaga di Indonesia akan berlangsung 3 Juni 2012, akhirnya dibatalkan.
Disaat isu "intoleran" berkembang, muncul pidato mantan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi yang beredar luas melalui pesan berantai BlackBerry
Messenger dan media sosial. Pidato yang berisi pandangan mantan pemimpin organisasi
Islam terbesar di Indonesia itu mengenai sejumlah isu kontroversial
seperti Ahmadiyah, toleransi antarumat beragama, Gereja Yasmin, Lady
Gaga, Irshad Manji, dan perkawinan sejenis.
Beberapa halaman akun Facebook dan blog memuat pidato Hasyim tersebut, yang isinya persis sama dengan pesan berantai di BBM.
Berikut selengkapnya isi pesan BBM mengenai pidato Hasyim Muzadi:
KH. Hasyim Muzadi, Presiden WCRP (World Conference on Religions
for Peace) & Sekjen ICIS (International Conference for Islamic
Scholars) & Mantan Ketum PBNU ttg tuduhan INTOLERANSI agama di
Indonesia oleh Sidang PBB di Jeneva :
"Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan
tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu,
pasti krn laporan dr dlm negeri Indonesia. Slm berkeliling dunia, saya
blm menemukan negara muslim mana pun yg setoleran Indonesia.
Klau yg dipakai ukuran adl masalah AHMADIYAH, memang krn
Ahmadiyah menyimpang dr pokok ajaran Islam, namun sll menggunakan
stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah
merupakan agama tersendiri, pasti tdk dipersoalkan oleh umat Islam.
Kalau yg jadi ukuran adl GKI YASMIN Bogor, saya berkali-kali
kesana, namun tampaknya mereka tdk ingin selesai. Mereka lebih senang
Yasmin menjadi masalah nasional & dunia utk kepentingan lain drpd
masalahnya selesai.
Kalau ukurannya PENDIRIAN GEREJA, faktornya adl lingkungan. Di
Jawa pendirian gereja sulit, tp di Kupang (Batuplat) pendirian masjid jg
sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. ICIS selalu mlkkan
mediasi.
Kalau ukurannya LADY GAGA & IRSHAD MANJI, bangsa mana yg
ingin tata nilainya dirusak, kecuali mrk yg ingn menjual bangsanya
sendiri utk kebanggaan Intelektualisme Kosong ?
Kalau ukurannya HAM, lalu di iPapua knp TNI / Polri / Imam Masjid
berguguran tdk ada yg bicara HAM ?Indonesia lbh baik toleransinya dr
Swiss yg sampai skrg tdk memperbolehkan Menara Masjid, lebih baik dr
Perancis yg masih mempersoalkan Jilbab, lbh baik dr Denmark, Swedia dan Norwegia, yg tdk menghormati agama, krn disana ada UU Perkawiman Sejenis. Agama mana yg memperkenankan perkawinan sejenis ?!
Akhir'a kmbl kpd bngsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yg hrs
sadar dan tegas, membedakan mana HAM yg benar (humanisme) dan mana yg
sekedar Weternisme".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar