Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim
Bila seseorang memakai persfektif berfikirnya secara
logika, itu adalah pemikiran rasional. Dan pemikiran rasional tidak mengenal
keyakinan. Tapi apabila seseorang memakai persfektif berfikir yang bertumpu
pada keyakinan, berarti dia telah meyakini bahwa dunia bukanlah tujuan akhir.
Setiap hari, diundang atau tidak, diminta atau tidak, dirindukan
atau tidak, matahari akan selalu hadir sesuai jadwal, fungsi dan keadaannya.
Maka, Bersyukurlah kepada Allah SWT yg telah menciptakan matahari, karena
begitu banyak yang kegunaan dan manfaat yang didapat dari sinar matahari ini.
Terlalu banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada
kita. Rasanya terlalu sangat mustahil kalau ada yang sanggup membalasnya.
Mungkin kita berfikir, “apa sih yang udah dikasih Allah
kepada kita? Kita punya duit hasil usaha dan peras keringat/otak kita kok! Apakah
Allah memberikan kita sandang? Pangan? Papan? Secara langsung kepada kita? Toh
semua kita hasilkan lewat jerih payah kita!”
Kalau memang kita mencermati secara rasional dan
logika, memang seperti itu kenyataannya. Tapi kita lupa satu hal tentang
kehidupan. Seandainya kita mati sewaktu kecil, apakah semua kekayaan itu akan
kita dapat? Siapa yang menjadikan kita hidup sampai saat ini?
Berapa banyak orang yang rela mengeluarkan uang bahkan
sampai ludes hartanya demi "membayar" harga sebuah kehidupan. Yakinlah
bahwa hal itu tak terhitung jumlahnya.
Tidak sadarkah manusia ketika kematian terus menerus
menguntit kita yang entah kapan malaikat pencabut nyawa akan mengambilnya. Harta
sebanyak apapun tidak akan sanggup menolong manusia saat kematian menjemput.
Apakah ini bisa dipikir secara logika atau rasional? Apakah kita bisa memberikan
alasan yang rasional kepada malaikat Izrail sang pencabut nyawa untuk tidak mengambil hidup
kita? Saya yakin TIDAK. “Setiap yang
bernyawa itu pasti akan merasakan kematian.” QS. Ali Imran : 185
Disini saja sudah terlihat bahwa pemikiran yang logis
dan rasional yang selalu mengandalkan logika berfikir, tidak bisa menjawab hal
yang berkaitan dengan suatu keyakinan.
Ada banyak hal-hal lain yang tidak bisa dijangkau
pikiran logis dan rasional tentang nikmat yang langsung kita dapat tanpa
perantara.
Contohnya oksigen (udara). Ini nikmat yang sangat
berharga dibandingkan bongkahan emas sebesar apapun itu yang kita bayangkan.
Bahkan apabila seluruh kekayaan di muka bumi ini dikumpulkan, rasanya tidak
akan sanggup membayar nikmat yang tak terlihat ini.
Tanpa udara, jangan harap mahluk hidup akan bergerak.
Ini pelajaran ilmu alam sejak SD. Dan ini kebutuhan sangat utama yang paling
utama.
Di rumah sakit oksigen dimasukan ke dalam tabung untuk
membantu pernafasan pasien yang sakit. Bisa kita bayangkan apabila oksigen
(udara) tidak ada? Apakah kita akan membawa serta oksigen layaknya gas tabung? Sepertinya
akan repot apabila dalam keseharian kita gendong tabung.
Baru nikmat berbentuk oksigen (udara) saja mustahil
rasanya kita sanggup bayar, apalagi nikmat Allah yang lain. “Hayo, wani piro?”
Semakin kita bersyukur kepada Allah, akan semakin
banyak nikmat yang kita dapat. Tapi kalau kita kufur nikmat, siksa itu pedih,
lho! “Jika kamu bersyukur,
maka akan Kami tambah nikmatKu kepadamu, dan jika kamu mengingkari (kufur)
nikmat yang telah Aku berikan, sesungguhnya azabKu sangat pedih.” QS.
Ibrahim : 7
Kalau kita pikir secara logika, ancaman ini gak
pengaruh. Tapi kalau kita lihat dari sisi keyakinan kita, tentunya ini
berpengaruh.
Pemikiran logis dan rasional hanya bisa diterapkan
pada sebuah tatanan ilmu yang bersifat pengetahuan dan teknologi. Bukan pada
agama. Jadi untuk apa kita ngotak-ngatik apalagi "mengadili"
hal-hal yang tidak bisa diurai dengan logika atau pemikiran rasional.
Jadikanlah hidup ini menjadi lebih baik, dengan tidak
mencampur adukkan kepentingan pemikiran dengan keyakinan yang sudah ada.
Saat seseorang bicara bahwa dia adalah yang paling
benar, ketahuilah bahwa Allah SWT adalah sumber kebenaran. Segala sifat salah
dan khilaf adalah mutlak dimiliki oleh manusia.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar