Senin, 25 Juni 2012

Ngertakeun Bumi Lamba

Sebetulnya ini undangan sudah saya terima sekitar akhir April 2012.
Acaranya sudah digelar kemarin, jadi saya abadikan undangannya di blog saya ini.


" NGERTAKEUN BUMI LAMBA "
Blessing The Earth - Preserving The Harmony of Mother Nature
Upacara Adat Budaya Sunda ( Nusantara - Sabuana )
"Ngertakeun Bumi Lamba" - mapag sasih kapitu Suryakala -
24 Juni 2012 / 3 Kapitu 1934 Suryakala /12 Kresnapaksa - Yesta 1948 Candrakala, Wuku Kuningan, Poe Radite ( minggu ) - Manis
KALA SUNDA

Sampurasun,
Ini adalah sebuah Upacara tahunan di puncak Gunung Tangkuban Parahu, di gelar bertepatan dengan perjalanan matahari yang baru mulai kembali dari paling utara bumi menuju selatan, yaitu di setiap bulan 'kapitu' ( bulan ke 7 ), dalam hitungan Suryakala, kala-ider ( kalender ) Sunda.
Bersama mengekspresikan sembah kepada yang telah memberi kehidupan dengan cara menghaturkan beragam keindahan rasa persembahan, hasil bumi, lantunan mantera, musik sakral dan tarian. Intinya adalah berterima kasih kepada asal mu asal keberadaan diri di alam ini.
Menghormati Gunung sebagai tempat 'kabuyutan' (sumber air, makanan atau juga leluhur).
Mengingatkan kepada setiap kita bahwa kesucian gunung adalah sumber utama mahluk di sekitar gunung tersebut, gunung adalah Pakuan bumi di semesta ini, gunung menjadi sumber nilai spiritual dan budi pekerti yang mendasari perilaku yang berbudaya bagi umat manusia di muka bumi, sebagaimana nama SUNDA yang melekat pada Gunung Tangkuban Parahu ( Purba Kancana Parahyangan ).
Dengan diadakannya upacara ini, maka dampak lainnya adalah, masyarakat sekitar, begitu juga pemerintah akan sadar, bahwa karena gunung ini sumber air, maka kelestarian hutannya harus dijaga " Mulasara Kabuyutan ".
Upacara terbuka untuk seluruh orang yang tetap meyakini jalan ketuhanan dan kemanusiaan " Sunda " ( dalam makna universal ).
Yaitu orang yang berjuang untuk Tanah-Airnya dengan memelihara dan menjalankan semua warisan nilai spiritual, budi pekerti leluhurnya, sehingga bebas dari sekat perbedaan cara-ciri atau metode, atau juga seperti orang-orang yang meyakini cahaya kasih yang melekat dalam kepribadiannya yang terbuka.
Dimana dengan pandangan dan rasa tersebut, secara bersama dapat bersatu untuk sembah-hyang dengan harmonis dalam keberagaman ( tanpa dibatasi, suku, ras, kebangsaan, agama, bahasa, cara-ciri dan lainnya ).

Pelaksanaan:
1. Upacara " Tumpekan " ( PRE EVENT )
Tempat : Patumpekan " Batu Satangtung ( Lingga yhoni ) - Hutan Kota Babakan Siliwangi " Bandung
Hari/Tgl : Sabtu, 23 Juni 2012
Waktu : Pukul 09.00 wib - selesai
Keterangan:
Dalam momen ini bisa dipergunakan untuk konfirmasi terakhir dan persiapan bagi para pimpinan rombongan
2. Upacara " Ngertakeun Bumi Lamba " ( MAIN EVENT )
Tempat : Gunung Tangkuban Parahu ( Kawah Ratu - Kawah Upas )
Hari/Tgl : Minggu, 24 Juni 2012
Waktu : Pukul 08.00 wib - selesai

UPACARA BESAR NGERTAKEUN BUMI LAMBA :

1. " JAJAP PARAWANTEN "
Ini menandakan upacara di mulai, yaitu jam 10.00,wib
setelah berkumpul di dekat tempat parkir atas (+/- 200 meter dari tempat parkir), bersama-sama kita akan 'helaran' (arakan), membawa sesajen yang sudah ditata di dalam tandu khusus (JAMPANA), atau juga masing-masing membawa sesajennya, menuju lokasi, diiringi tetabuhan/musik angklung.
2. " NGALINGGIHKEUN PARAWANTEN "
Memasuki area upacara, menempatkan sesajen di tempat yang telah disediakan, semua peserta membuat lingkaran, para tetua duduk sila di tempatnya, saat yang sama "KOLOT NUMBALAN" (ngukus menyan oleh tetua dari kanekes)
3. " RAJAH PAMUKA "
Setelah peserta siap melingkar duduk tertib, meditasi/menekung bersama diiringi musik kecapi suling dan alunan rajah, oleh 'jaro rajah'
4. " RAJAH NUSANTARA SABUANA "
'Angklung buhun' (angklung sakral) mulai ngaruwat, terus mereka akan berkeliling memutari area upacara dan seluruh peserta, sebagian dari peserta boleh ikut berputar, juga dimulainya agni hotra (seuneu agung), menyampaikan cinta-kasih oleh jaro pangaramat (pasaduan), kecapi suling pirigan, semua itu mulai bersama. Kemudian alur mengalir, ketika rasa jiwa mulai bangkit, kidung/mantra dari berbagai daerah dilantukan dengan kebebasan hati dan rasa yang terpanggil, membebaskan semua peserta terlibat dalan nyanyian, suara-suara dari mulut, semua dorongan suara dengan rasa hati yang mulai terbuka, baik dengan lagu berisi pesan atau pun suara tanpa kata-kata.
Dalam alur yang memuncak, alat tetabuhanan/musik lain baru akan masuk setelah "jaro pamangkat" memberi tanda tabuhan/musik, maka semua yang membawa alat tabuhan/musik membunyikan dan menyertakan diri secara harmoni dalam detak nada yang berlangsung.
5. " IBING SANGHYANG ISMAYA (WISNU) "
Angklung buhun, seuneu agung, kidung/mantra terus berlantun bersahutan, dimulai dengan 7 orang penari laki-laki (tua-muda) membuka tarian, mengikuti detak nada. diikuti kemudian oleh peserta yang ingin menari, laki-laki atau perempuan boleh ikut. sampai puncak rasa hati, dan kemudian semua cukup untuk mulai berhenti.
6. " IBING ASIH SANGHYANG SRI POHACI (DEWI SRI) "
Semua berhenti gelar kembali hening dan melanjutkan diri untuk diam, meditasi/menekung, atau merasakan dan membangun rasa hati yang damai. maka selanjutnya iringan tabuhan/musik 'tarawangsa'. 7 orang penari perempuan (tua-muda) membuka tarian. selanjutnya diikuti oleh peserta yang ingin menari, laki-laki atau perempuan boleh, menari bersama.
7. " RAJAH PAMUNAH "
Semua sudah pada puncaknya. Sebagai penutup, meditasi/ menekung bersama. Diiringi karinding, semua yang membawa karinding membunyikannya. Celempung tunggal, suling, dan toleat. para jaro pangjejer akan mencipratkan air kesemua peserta yang hadir. dan proses olah rasa sudah selesai. Peserta saling bersalaman, mengambil sesajen, dan lain-lain para jaro akan mengantarkan sesajen tertentu (kepala kerbau, dll.) ke dalam hutan ditempat yang sudah ditentukan (seba).
Demikian alur yang direncanakan, untuk dijadikan panduan. pada dasarnya keseluruhan tatacara dalam hitungan waktu sulit ditentukan durasinya, tergantung dari rasa yang berkembang saat pelaksanaan. Tapi diperkirakan keseluruhan upacara paling lama adalah 2 jam.
8. " TARAWANGSA "
Sebagai penutup Ritual akan di iringi Tarawangsa yaitu Tarian Spiritual, dan semua peserta dapat menari bersama bergantian sebagai Ucapan Terima Kasih kepada Sang Hyang Maha Pencinta atas apa yang telah diberikan dalam kehidupan kita selama ini.




Silih Asih, silih asah, silih asuh, SILIWANGI...
Rahayu rahayu rahayu

Jaro Salametan - Kanta Purwadinata


Keterangan gambar (ilustrasi acara - bukan saat sebenarnya - sumber: google - ngertakeun bumi lamba)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar