Selasa, 19 Juni 2012

Sejarah & Hikmah Isra' Mi'raj

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim.
Ternyata di masyarakat kita saat ini masih ada yang mempermasalahkan tentang Isra' Mi'raj ini. Terutama mereka yang merayakan dan yang tidak merayakannya, dan mereka yang memperingati dan yang tidak memperingatinya.
Dari dua hal tersebut, antara merayakan dan memperingati tentunya berbeda makna.
Merayakan = mengadakan acara dengan kemeriahan.
Memperingati = mengenang atau mengingat kembali.
Mana yang baiknya dari kedua hal tersebut silahkan untuk dimaknai sendiri dengan objektif dan tanpa adanya perdebatan, karena perdebatan hanya akan membawa kemudharatan.

Kendati demikian, hal itu janganlah menjadi persoalan. Essensi yang dikandung dari kejadian Isra' Mi'raj adalah; sejauhmana kita melaksanakan perintah Allah SWT berupa sholat 5 waktu yang telah menjadi kewajiban kita. Karena sangat percuma kita ngotot mempertahankan argumen kita sementara kita malah melalaikan kewajiban yang kita perbincangkan.

Kejadian Isra' Mi'raj ini tentunya tidak akan diketahui dan diyakini oleh semua muslim tanpa ada ayat Al-Qur'an dan Hadits yang menjabarkan peristiwa tersebut.
Dasar terjadinya peristiwa isra' ini termuat dalam QS. Al Isra' : 1 yang menerangkan perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha pada malam hari, dan itu semata karena kesucian dan kehendak Allah SWT.
Sedangkan dasar terjadinya mi'raj, termuat dalam QS. An Najm : 13-18 yang menerangkan bahwa Rasulullah melihat Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya, dan Sidratul Muntaha yang didekatnya terdapat surga. Dan kesemuanya itu merupakan tanda kebesaran Allah SWT.

Peristiwa Isra' Mi'raj secara umum terdapat pada beberapa hadits, dan saya rangkum menjadi beberapa point kisah yang sangat menakjubkan ini.
  • Ketika Nabi SAW berbaring didekat khatim (dinding ka'bah), datanglah Malaikat Jibril. Lalu dada Nabi dibelah dan hatinya dibersihkan, lalu diisi dengan iman dan hikmah.
  • Setelah itu didatangkannya buraq, berupa hewan tunggangan, yang besarnya lebih kecil dari kuda dan lebih besar dari keledai. Ada keterangan yang menyebutkan buraq ini bersayap.
  • Dengan menunggangi buraq, Nabi SAW melakukan perjalanan pada malam hari dari Ka'bah (Masjidil Haram), Makkah menuju Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha), Palestina.
  • Sesampainya di Baitul Maqdis, Nabi SAW sholat 2 raka'at. Setelah itu Jibril membawakan 2 pilihan dalam gelas yang dibawanya yang satu berisi khamr dan satunya lagi berisi susu. Nabi SAW memilih gelas yang berisi susu, dan itu pertanda lambang kesucian.
  • Dengan buraq pula perjalanan dilanjutkan dan naik memasuki langit dunia dan bertemu dengan Nabi Adam yang disamping kanannya berjejer ruh para ahli surga dan disamping kirinya berjejer ruh para ahli neraka.
  • Di langit ke-2 Nabi SAW bertemu dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya, langit ke-3 bertemu dengan Nabi Yusuf, langit ke-4 bertemu dengan Nabi Idris, langit ke-5 bertemu dengan Nabi Harun, langit ke-6 bertemu dengan Nabi Musa, dan di langit ke-7 Nabi SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim.
  • Dilangit ke-7 ini, Nabi SAW melihat Baitul Ma'mur yang menjadikan tempat sholatnya para malaikat berjumlah 70.000 setiap harinya. Tiap malaikat ini hanya masuk sekali dan tidak akan masuk lagi.
  • Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha dan diperdengarkannya kalam-kalam (pena). Juga dilihatnya 4 buah sungai. 2 sungai berbentuk dhohir (fisik) yaitu sungai Efrat dan sungai Nil, dan 2 lagi berbentuk bathin (non fisik).
  • Lalu Jibril membawa 3 buah gelas yang juga pilihan dan masing-masing gelas itu berisi khamr, susu dan madu. Dan Nabi SAW memilih gelas yang berisi susu. Berkatalah Jibril : "Itulah (perlambang) fitrah (kesucian) engkau dan ummat engkau."
  • Jibril mengajak Nabi SAW melihat surga dan di Sidratul Muntaha juga Nabi melihat wujud asli dari Malaikat Jibril ini.
Puncak dari perjalanan Isra' Mi'raj ini yaitu diterimanya perintah melaksanakan kewajiban sholat 5 waktu (5 kali dalam sehari semalam). Pada mulanya diperintahkan sebanyak 50 kali, namun atas saran Nabi Musa, meminta keringanan. Dan diberinya pengurangan sepuluh-sepuluh hingga akhirnya menjadi 5 waktu dalam sehari semalam, itu pun disarankan oleh Nabi Musa untuk dimintakan pengurangan/keringanan. Akan tetapi Nabi SAW enggan meminta keringanan lagi, dan Nabi SAW ridho serta ikhlas menerima perintah Allah SWT ini.
Allah SWT berfirman : "Itulah fardhuKu dan Aku telah meringankannya atas hambaKu."

Jadi, untuk apa kita berargumen tentang merayakan, memperingati atau tidaknya apabila kita tidak melaksanakan perintah sholat itu sendiri.

Apabila ada kesalahan dalam penyampaian ini, mohon dimaafkan. Karena manusia tidak lepas dari kekurangan. Dan apabila itu menjadikan suatu kebenaran, maka kebenaran itu semata-mata hanya milik Allah SWT.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar